Hadits tentang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah bukanlah hadits yang asing di telinga kita. Namun hadits ini jarang direnungi dan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari hari. Padahal, jika kita sambungkan dengan fenomena umat Islam yang terjadi di era kontemporer ini, hadits ini bisa menjadi solusi yang tepat.
Hari ini, umat Islam adalah umat yang tidak lagi menjadi umat yang diperhitungkan oleh musuh-musuhnya.
Lihat saja permasalahan Palestina, Iraq, Pattani, Uygur, dan sekarang di Rohingya, ribuan bahkan jutaan saudara-saudara kita dibantai sedangkan segelintir saja diantara kita yang peduli dan mau berbuat sesuatu untuk menolong mereka. Umat ini tidak lagi ditakuti jika marah melihat fenomena-fenomena semacam itu, karena memang segelintir orang saja yang peduli dan marah. Sedangkan yang segelintir orang yang prihatin dan marah itu tidak banyak juga yang mau berbuat melakukan sesuatu yang nyata-nyata dibutuhkan oleh muslim yang tertindas dibelahan dunia lainnya tersebut. Aksi-aksi demonstrasi turun ke jalanan hanya menjadi gebrakan-gebrakan sesaat yang keesokan harinya sudah lupa. Tenggelam lagi ke dalam kesibukan mereka sehari-hari.
Lalu, mengapa kita begitu diremehkan oleh musuh-musuh Islam?
Jawabnya jelas sudah tertera dalam hadits di atas. Yaitu karena saat ini kita bukanlah tergolong umat Islam yang didalamnya terdapat pribadi-pribadi mukmin yang kuat. Maka dari itu dalam tulisan ini saya mencoba mendefinisikan kriteria “kuat” yang relevan dengan solusi permasalahan kita saat ini.
Pertama, kuat dalam hal keimanan. Jika faktor keimanan umat Islam ini masih bercampur dengan syirik, maka umat ini sudah kalah sebelum bertanding. Bagaimana mungkin Allah Swt akan menolong hambaNya yang menduakan Allah Swt atau menganggap ada sesuatu lain yang bisa (berkuasa) memberikan manfaat dan mudharat selain Allah Ta’ala?
Dalam berbagai peperangan di jaman Rasulullah Saw, umat Islam sering dihadapkan dengan kondisi yang tidak setara dalam hal kuantitas. Lihat sejarah perang Badar! Tentara muslim hanya sekitar 300 orang sedangkan kaum musyrikin mencapai lebih dari 1000 orang pasukan. Lalu apa yang membuat tentara muslim ketika itu memenangkan peperangan? Jawabnya hanya satu, karena kondisi keimanan mereka sedang dalam kondisi terpuncak! Tekad dan tawakal mereka kepada Allah Swt sangat luar biasa! Mereka yakin-seyakin-yakinnya bahwa Allah Swt PASTI menolong hambaNya yang bertaqwa! Pasti! Itu keyakinan mereka yang menjadi modal kemenangan.
Kedua, kuat dalam aspek keilmuan dan pemikiran. Jelas sekali bahwa faktor keilmuan tidak dapat digeser kedudukannya sebagai modal perlawanan terhadap musuh-musuh Islam. Selama kita tetap dalam kondisi bodoh, malas, tidak bersemangat menuntut ilmu, dan meremehkan ilmu, maka selama itu pula kita akan dianggap umat yang tolol. Kita terlalu disibukkan dengan mempelajari ilmu-ilmu yang fardhu kifayah dan melupakan pentingnya ilmu tentang agama yang fardhu ‘ain. Ditambah lagi, bahwa ilmu agama jelas dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia didunia, maupun diakhirat.
Umat Islam dimasa kejayaannya selama berabad-abad lamanya bukan diisi oleh orang-orang malas menuntut ilmu seperti umat Islam jaman sekarang! Mereka dahulu justru dalam kondisi teratas dalam semangat mencari ilmu dan mengajarkannya. Orang pandai pada jaman itu merata! Dahsyatnya kualitas keimanan mereka diikuti dengan meningkat tajamnya keilmuan yang mereka miliki. Jumlah ulama sangat banyak.
Sebanding dengan jumlah munculnya para ilmuwan sains yang bergerak di berbagai bidang. Namun saat ini, ulama yang berkompeten dalam keilmuan agama sangatlah jarang. Yang sudah sedikit tersebut, masih harus terpencar-pencar di berbagai jamaah/harokah. Dan masing-masing jamaah tidak mau saling mengambil rujukan dari ulama-ulama dari harokah lainnya. Sungguh ironis.
Ketiga, kuat dalam aspek finansial. Sudah sering saya membahas hal ini dalam tulisan-tulisan saya yang lain. Kekuatan finansial adalah faktor yang sangat penting dalam membangun ekonomi umat. Tanpa kekuatan finansial maka kita sulit mendapatkan gizi terbaik, pendidikan terbaik, kesehatan terbaik, sarana dan prasarana yang terbaik. Ingat, bahwa berjihad pun membutuhkan harta. Maju berperang tanpa membawa senjata, sama saja bunuh diri. Nah, darimana modal sebanyak itu jika kita terus menjadi umat yang miskin?
Ingat, ada 9 dari 10 orang sahabat Rasulullah Saw yang dijamin masuk surga adalah pengusaha kaya.
Mereka adalah orang-orang yang kuat secara finansial. Kekayaan mereka tidak melupakan mereka dari Allah Swt. Lihat saja bagaimana mereka berinfaq! Disaat Umar bin Khattab berinfaq separuh harta yang dia miliki, Abu Bakar malah menginfaqkan seluruh hartanya. Benar-benar mental kaya yang benar dalam Islam. Mereka begitu berkeyakinan kuat bahwa nantinya pasti Allah Swt akan mengganti harta yang mereka infaqkan.
Keempat, kuat secara fisik. Biasanya definisi kuat fisik inilah yang terbesit pertama kali di benak kita ketika mendengar kata “kuat”. Memang tidak salah. Tapi bukan kuat yang paling utama dalam menyelesaikan problematika umat.
Kuat secara fisik dalam kata lain adalah sehat secara jasmani. Kita jelas akan sangat terbelakang jika umat ini hanya kumpulan orang-orang yang sakit-sakitan. Meski menjadi ustad, pengusaha, ataupun profesor yang handal, tetap saja ironis jika hari-harinya penuh dengan keluhan penyakit masuk angin, flu, batuk, pilek, sampe yang berat-berat ala kanker, kencing manis, jantung, hipertensi, dll. Yang kalo dirunut kebelakang, hanya gara-gara tidak pernah menjaga makanan dan jarang mau berolahraga. Kedua hal ini sering diremehkan. Padahal sudah pasti paham bahwa itu semua penting. Rasulullah Saw bahkan menyunnahkan berbagai macam jenis olahraga, agar kita tahu betapa pentingnya hal itu. Agar fisik kita kuat, sehat, dan agar kita maksimal dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan olehNya.
Mungkin masih ada sederet definisi kuat yang mendukung tulisan yang sudah saya buat ini. Sah-sah saja untuk ditambahkan untuk diri anda sendiri. Namun yang terpenting dari ini semua adalah bahwa adakalanya kita menyisipkan dalam doa-doa kita sehari-hari untuk kelak diberikan kekuatan seperti yang telah
Rasulullah Saw sabdakan dalam haditsnya yang populer itu. Sambil kita mengingat definisi-definisi kuat yang kita inginkan bersama, yaitu kuat keimanan, keilmuan, finansial dan kuat fisik. InsyaAllah, kalau Allah Swt berkenan mengabulkan, maka saat itu pula umat ini akan bermunculan mukmin-mukmin yang kuat. Saat itu pula kita akan layak dipertimbangkan keberadaan kita dimata dunia. Terlebih dimata musuh-musuh Allah Swt dimuka bumi. InsyaAllah… []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar